Minggu, 23 Juli 2017

Keanekaragaman Hayati Gen Jenis dan Ekosistem

Keanekaragaman Hayati Gen Jenis dan Ekosistem - Banyak dari bermacam-macam jenis buah-buahan yang mungkin sudah pernah Anda rasakan kesegarannya. Ada belimbing, jeruk, pisang, apel, mangga, duku, melon, semangka, rambutan, dan sebagainya. Buah- buahan merupakan salah satu bagian kecil dari keanekaragaman flora atau tumbuhan yang ada di dunia ini. Di luar itu, masih banyak lagi keanekaragaman yang lebih luas dan lebih beraneka ragam.

Ragam makhluk hidup yang ada di bumi ini bermacam-macam. Setiap jenis makhluk hidup memiliki ciri-ciri tersendiri sehingga terbentuklah keanekaragaman makhluk hidup. Keanekaragaman makhluk hidup disebut sebagai keanekaragaman hayati atau biodiversitas.

Mengapa terjadi keanekaragaman hayati? Ada dua faktor penyebab terjadinya keanekaragaman, yaitu faktor keturunan atau faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor keturunan disebabkan oleh adanya gen yang akan memberikan sifat dasar atau sifat bawaan. Sifat bawaan ini diwariskan secara turun-temurun dari induk kepada keturunannya.

Namun, sifat bawaan terkadang tidak tampak karena faktor lingkungan. Faktor bawaan sama, tetapi lingkungannya berbeda, akan menyebabkan sifat yang tampak menjadi berbeda. Jadi, terdapat interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Karena adanya kedua faktor tersebut, muncullah keanekaragaman hayati.

Sebagai contoh, Anda menanam bunga bougenvill secara setek ke dalam dua pot yang diberi media tanam berbeda. Karena dari tanaman setek, secara genetik tanaman tersebut sama, dalam arti gen yang dikandung di dalamnya sama. Tanaman yang diberi media tanam humus (bersifat asam) akan menghasilkan bunga berwarna oranye, sedangkan yang ditanam di pot yang diberi media tanam kapur (bersifat basa) akan menghasilkan bunga berwarna ungu. Jadi, perbedaan keasaman tanah bisa menyebabkan keanekaragaman bunga bougenvill.

A. Konsep Keanekaragaman dan Keseragaman
Makhluk hidup yang sejenis (dalam spesies yang sama) memiliki ciri yang sama. Coba Anda amati sapi yang hidup di Pulau Jawa dengan sapi yang hidup di Pulau Sumatra! Pasti mereka memiliki ciri yang sama karena mereka satu spesies. Jadi, di dalam spesies yang sama terdapat keseragaman ciri makhluk hidup, sedangkan antarspesies yang berbeda terdapat keanekaragaman.

Keanekaragaman hayati yang ada di dunia ini meliputi berbagai variasi bentuk, ukuran, jumlah (frekuensi), warna, dan sifat-sifat lain dari makhluk hidup. Jadi, setiap sistem lingkungan memiliki keanekaragaman masing-masing. Keanekaragaman tersebut berlangsung mulai dari tingkatan gen, jenis, sampai ekosistem.

Keanekaragaman Hayati Gen Jenis dan Ekosistem

Keanekaragaman hayati bisa dibedakan menjadi tiga tingkat, yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman ekosistem.

1. Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen

Keanekaragaman pada tingkatan gen merupakan keanekaragaman yang paling rendah. Gen adalah faktor pembawa sifat yang terdapat di dalam kromosom. Kromosom terdapat di dalam inti sel. Keaneka- ragaman gen ditunjukkan, antara lain, oleh variasi bentuk dan fungsi gen. Misalnya, pada manusia, ada gen yang mengontrol bentuk wajah, warna rambut, jenis kelamin, warna kulit, dan golongan darah. Hal ini memungkinkan adanya variasi manusia yang ada di dunia ini. Coba Anda amati wajah teman-teman Anda satu kelas, apakah ada yang memiliki wajah sama? Pasti terdapat perbedaan di antara mereka walaupun ada yang kembar.

Meskipun masih dalam satu spesies, penampakan buah jeruk berbeda satu dengan lainnya. Jadi, di dunia tidak ada satu jenis makhluk hidup yang sama persis bentuk dan ukuran maupun warnanya. Perbedaan ini disebabkan adanya keanekaragaman gen.

Keanekaragaman Hayati Gen Jenis dan Ekosistem
Jeruk Pontianak


Gen adalah materi yang mengendalikan sifat atau karakter. apabila gen berubah, sifat-sifat pun akan berubah. Sifat-sifat yang ditentukan oleh gen disebut genotipe. Ini dikenal sebagai pembawaan.

Perbedaan gen tidak hanya terjadi antarjenis. Di dalam satu jenis (spesies) pun terjadi keanekaragaman gen. Dengan adanya keaneka- ragaman gen, sifat-sifat di dalam satu spesies bervariasi yang dikenal dengan istilah varietas. Misalnya, ada varietas padi PB, rojo lele, dan varietas padi tahan wereng (coba sebutkan yang lain).

Demikian juga dengan adanya berbagai varietas bunga, mangga, jeruk, anjing, dan burung. Sekilas penampakan antarvarietas itu sama karena masih tergolong spesies yang sama. Akan tetapi, setiap varietas memiliki gen yang berbeda sehingga memunculkan sifat-sifat khas yang dimiliki oleh setiap varietas itu.

2. Keanekaragaman Hayati Tingkat Spesies atau Jenis

Keanekaragaman pada tingkat jenis terjadi karena adanya variasi dari spesies tersebut. Dalam urutan taksonomi, variasi terletak satu tingkat di bawah spesies.

Keanekaragaman Hayati Gen Jenis dan Ekosistem
Ayam dan Itik Keanekaragaman Tingkat Jenis

Di atas dijelaskan bahwa terdapat keseragaman dalam tingkatan spesies, tetapi di dalam keseragaman ini terdapat keanekaragaman pula. Keanekaragaman ini tidak lain disebabkan oleh keanekaragaman gen yang mengontrol spesies. Misalnya, spesies Homo Sapiens dan manusia memiliki keseragaman ciri, yaitu bipedal (berjalan dengan dua kaki), memiliki volume otak di atas 1.100 cc, dan memiliki wajah propor- sional dengan dua mata menghadap depan.

Akan tetapi, manusia di dunia ini juga memiliki keanekaragaman. Misalnya, manusia Indonesia memiliki warna kulit sawo matang, rambut hitam, dan postur tubuh tidak terlalu tinggi, sedangkan manusia Amerika memiliki warna kulit putih, rambut pirang, dan postur tubuh tinggi.

Pada tingkat taksonomi yang lebih tinggi, keanekaragaman jenis bisa diamati dengan mudah. Di lingkungan seAndar bisa dijumpai berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Di dalam satu famili rumput (Gramineae) bisa dijumpai, di antaranya, rumput teki, padi, dan jagung. Di dalam golongan burung bisa dijumpai, antara lain, angsa, ayam, merpati, kalkun, dan burung unta.

3. Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem

Keanekaragaman pada tingkat ekosistem terjadi karena interaksi yang kompleks antara komponen biotik dengan abiotik.

Interaksi biotik terjadi antara makhluk hidup yang satu dengan yang lain (baik di dalam jenis maupun antarjenis) yang membentuk suatu komunitas, sedangkan interaksi biotik-abiotik terjadi antara makhluk hidup dengan lingkungan fisik, yaitu suhu, cahaya, dan lingkungan kimiawi, antara lain, air, mineral, dan keasaman.

Dengan beraneka ragamnya kondisi lingkungan dan keanekaragaman hayati, terbentuklah keanekaragaman ekosistem. setiap ekosistem memiliki keanekaragaman makhluk hidup tertentu pula. Misalnya, ekosistem padang rumput, ekosistem pantai, ekosistem hutan hujan tropik, dan ekosistem air laut. setiap ekosistem memiliki ciri fisik, kimiawi, dan biologis tersendiri. Flora dan fauna yang terdapat di dalam ekosistem tertentu berbeda dengan flora dan fauna yang terdapat di dalam ekosistem yang lain.

Keanekaragaman Hayati Gen Jenis dan Ekosistem
Keanekaragaman Hayati pada Tingkat Ekosistem
Keanekaragaman hayati di Indonesia termasuk dalam golongan tertinggi di dunia, jauh lebih tinggi daripada di Amerika dan di Afrika yang sama-sama beriklim tropis, apalagi apabila dibandingkan dengan negara yang beriklim sedang dan dingin. Sebagai bangsa Indonesia, Anda harus bangga dengan kekayaan atau keanekaragaman hayati Anda karena banyak hewan dan tumbuhan yang ada di negara Anda, tetapi tidak ada di negara-negara lain.

Di Indonesia dikenal ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem bisa didefinisikan sebagai suatu sistem hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya. Sebagai benda nyata, ekosistem bisa diterapkan pada berbagai derajat organisasi makhluk dan lingkungan mulai dari jamur, kolam kecil, padang rumput, hutan, sampai planet bumi secara keseluruhan.

Demikian pula iklim regional yang berhubungan timbal balik dengan substrat dan biota regional membentuk unit-unit komunitas yang luas dan mudah dikenal yang disebut bioma. Bioma bisa diartikan sebagai sebuah ekosistem yang merupakan unit komunitas terbesar yang mudah dikenal dan terdiri dari vegetasi dan hewan.

Di Indonesia bisa dikenal beberapa bioma, yaitu (a) hutan hujan, (b) hutan musim,(c) savana, dan (d) padang rumput. (Lihat Tabel 7.1)

1. Keanekaragaman Tumbuhan di Indonesia
Jenis tumbuh-tumbuhan di Indonesia diperkirakan berjumlah sebanyak 25.000 jenis atau lebih dari 10% dari flora dunia. Lumut dan ganggang diperkirakan jumlahnya 35.000 jenis. Tidak kurang dari 40% dari jenis-jenis ini merupakan jenis yang endemik atau jenis yang hanya terdapat di Indonesia dan tidak terdapat di tempat lain di dunia. Kekayaan hayati ini harus Anda jaga dan Anda pelihara dengan baik.

Keanekaragaman Hayati Gen Jenis dan Ekosistem
Anggrek
Dari semua suku tumbuhan yang ada, suku anggrek (Orchidaceae) adalah suku yang terbesar dan ditaksir terdapat sekitar 3.000 jenis. Banyak di antara jenis-jenis tumbuhan tersebut memiliki nilai ekonomi tinggi, antara lain, meranti-merantian (Dipterocarpaceaen), kacang- kacangan (leguminosae), dan jambu-jambuan (Myrtaceaen).

Dari sekian banyak jenis tumbuhan tersebut, sebagian besar terdapat di kawasan hutan tropika basah, terutama hutan primer, yang menutup sebagian besar daratan (63%) bumi Indonesia. Hutan ini merupakan struktur yang kompleks yang menciptakan lingkungan yang sedemikian rupa sehingga memungkinkan keanekaragaman tumbuhan yang tinggi dalam hutan tropika basah.

Penyebaran geografi tumbuhan di Kepulauan Indonesia secara keseluruhan ditentukan oleh faktor geologi, yaitu adanya Paparan Sunda di bagian barat dan Paparan Sahul di bagian timur yang berbeda sehingga bisa ditarik garis pemisah di antaranya. Dalam setiap paparan, keadaan flora memiliki banyak persamaan, misalnya, persamaan flora antara Kalimantan dan Sumatra bisa mencapai 90%. Selanjutnya, variasi flora dalam setiap paparan ditentukan oleh faktor lingkungan setempat dalam hal ini tercerminkan oleh berbagai tipe vegetasi yang terdapat di paparan tersebut.

Selain bermacam-macam jenis tumbuhan, Indonesia juga kaya dengan hasil hutan, terutama kayu. Diperkirakan terdapat 4.000 jenis dan 267 jenis di antaranya merupakan kayu niaga yang tergolong dalam 120 macam nama perdagangan. Beberapa di antaranya bisa tumbuh di hutan primer, seperti Pterocymcium spp, Dyera spp, Alstonia spp, Shorea leptosula, S leptoclados, S stenoptera, S parvifolia, Duabanga moluccana, Tetrameles nudiflora, Octometes sumatrana, Agathis spp, dan Araucaria  spp.

Keanekaragaman Hayati Gen Jenis dan Ekosistem
Araucaria  spp.
Hutan primer merupakan gudang terbesar sumber hayati yang bisa dimanfaatkan, selain hasil kayu, seperti buah-buahan (Garcinia, Baccaurea, Eugenia, Durio, Lansium, dan Nephelium), karbohidrat (Dioscorea, Colocasia, Alocasia, Arenga, Mypa, Metroxylon, dan Palmae), zat pewarna, minyak atsiri, pestisida (Podocarpus, Perris, Milletia, dan Tephrosia), dan obat-obatan (obat tekanan darah tinggi, seperti Rauvolfia, Alstonia, dan Apocynacceae), baik secara langsung maupun dimanfaatkan sebagai sumber bahan genetika untuk pemuliaan jenis atau famili yang sudah dibudidayakan.

harus Anda ketahui bahwa pemanfaatan hasil hutan Indonesia sudah meningkatkan penbisaan negara dan kesejahteraan rakyat. Akan tetapi, penebangan kayu sudah menimbulkan berbagai kerusakan terhadap lingkungan, bahkan sudah menyebabkan bencana alam di berbagai daerah di Indonesia.

Pengurasan jenis-jenis tertentu, seperti penebangan kayu ulin, agathis, ramin, dan jelutung tanpa memerhatikan kelestarian jenis secara berlebihan karena permintaan konsumen yang tinggi, akan mengurangi secara drastis populasi jenis dan bahkan bisa menyebabkan kepunahan jenis tersebut sehingga mengurangi biodiversitas kayu di Indonesia.

2. Keanekaragaman Hewan di Indonesia
Jenis-jenis hewan yang ada di Indonesia diperkirakan berjumlah seAndar 220.000 jenis yang terdiri atas lebih kurang 200.000 serangga (± 17% fauna serangga di dunia), 4.000 jenis ikan, 2.000 jenis burung, juga 1.000 jenis reptilia dan amphibia.

Pembagian fauna menjadi dua kelompok didasarkan pada adanya Paparan Sunda dan Paparan Sahul menjadi lebih jelas lagi daripada pembagian flora. Di sini bisa ditarik garis pemisah yang lebih jelas yang disebut garis Wallace (ditemukan oleh Alfred Russel Wallace). Beberapa jenis hewan, seperti ikan tawar dari kelompok timur dan barat penyebarannya tidak pernah bertemu.

Akan tetapi, ada pula hewan-hewan, seperti burung, amphibia, dan reptilia yang sering kali antara penyebaran kelompok timur dan barat saling tumpang-tindih. Paparan sunda sangat kaya akan berbagai jenis mamalia dan burung; diperkirakan di kawasan ini terdapat ratusan jenis burung dan 70% di antaranya merupakan penghuni hutan primer darat; keanekaragaman ini jauh lebih tinggi daripada di Afrika.

Indonesia terbagi menjadi dua zoogeografi yang dibatasi oleh garis Wallace. Garis Wallace membelah Selat Makassar menuju ke selatan hingga ke Selat Lombok. Jadi, garis Wallace memisahkan wilayah Oriental (termasuk Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan) dengan wilayah Australia (Sulawesi, Irian, Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur).

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Weber, seorang ahli zoologi dari Jerman. Menurut Weber, hewan-hewan yang ada di Sulawesi tidak semuanya tergolong kelompok hewan Australia karena ada juga yang memiliki sifat-sifat Oriental sehingga Weber berkesimpulan bahwa hewan-hewan Sulawesi merupakan hewan peralihan.

Weber kemudian membuat garis pembatas yang berada di sebelah timur Sulawesi memanjang ke utara menuju Kepulauan Aru yang kemudian dikenal dengan nama garis Weber. Sebagai bukti, Sulawesi merupakan wilayah peralihan, contohnya, di Sulawesi terdapat Oposum dari Australia dan kera Macaca dari Oriental.

Fauna daerah Oriental yang meliputi Sumatra, Jawa, dan Kalimantan juga pulau-pulau di yang ada di sekitarnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Banyak spesies mamalia berukuran besar, seperti badak, gajah, banteng, dan harimau. terdapat pula mamalia berkantung, tetapi jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak ada.

b. terdapat bermacam-macam kera, terutama di Kalimantan yang paling banyak memiliki primata, misalnya, orang utan, kukang, dan bekantan.

c. Burung-burung yang bisa berkicau, tetapi warnanya tidak seindah burung Australia, misalnya, jalak bali (Leucopsar rothschildi), murai (Myophoneus melurunus), ayam hutan berdada merah (Arborphila hyperithra), dan ayam pegar (Lophura bulweri).

Fauna daerah Indonesia bagian timur, yaitu Irian, Maluku, dan Nusa Tenggara relatif sama dengan Australia. Ciri-ciri yang dimilikinya adalah sebagai berikut.

a. Mamalia berukuran kecil. Di Irian dan Papua terdapat kurang lebih 110 spesies mamalia, misalnya, kuskus (Spilocus maculates) dan Oposum. Di Irian juga terdapat 27 hewan pengerat (rodensial), dan 17 di antaranya merupakan spesies endemik.

b. Banyak hewan berkantung. Di Irian dan Papua banyak ditemukan hewan berkantung, seperti kanguru (Dendrolagus ursinus).

c. Tidak terdapat spesies kera. Spesies kera tidak ditemukan di daerah Australia, tetapi di Sulawesi ditemukan banyak hewan endemik, misalnya, primata primitif Tarsius spectrum, musang (Macrogalida musschenbroecki), babirusa, anoa, maleo, dan beberapa jenis kupu-kupu.

d. Jenis burung berwarna indah dan beragam. Papua memiliki koleksi burung terbanyak dibandingkan pulau-pulau lain di Indonesia, kira- kira 320 jenis, dan setengah di antaranya merupakan spesies endemik, misalnya, burung cenderawasih.

Sesudah membaca uraian tentang keanekaragaman hayati, apa yang harus Anda lakukan untuk menjaga dan melestarikan ciptaan Tuhan tersebut? Pertama, Anda harus bersyukur kepada Tuhan karena beragamnya kekayaan hayati yang ada di Indonesia. Kedua, Anda harus bangga hidup di negara yang memiliki kekayaan hayati. Ketiga, Anda harus menjaga dan memelihara keasliannya. Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa manusia memiliki sifat yang bisa memengaruhi keanekaragaman hayati.

D. Kegiatan Manusia yang Memengaruhi Biodiversitas
Manusia adalah makhluk hidup, sama dengan makhluk hidup yang lain. Oleh karena itu, manusia juga berinteraksi dengan alam yang ada di sekitarnya. Manusia memiliki kemampuan untuk memengaruhi alam yang ada di sekitarnya karena manusia merupakan makhluk yang memiliki kelebihan akal dibandingkan dengan makhluk lainnya.

Di dalam ekosistem, manusia merupakan bagian yang paling dominan karena bisa berbuat apa saja terhadap ekosistem. Akan tetapi, harus diingat bahwa kelangsungan hidup manusia juga bergantung dari kelestarian ekosistem tempat manusia hidup. Untuk menjaga terjaminnya kelestarian ekosistem, manusia harus bisa menjaga keserasian hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya sehingga keseimbangan ekosistem bisa terjaga. Kelestarian berarti juga terjaganya keanekaragaman hayati (biodiversitas).

Pemanfataan sumber daya alam secara berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya keanekaragaman hayati atau bahkan terjadi kepunahan jenis tersebut. Pengaruh manusia terhadap lingkungan bisa menyebabkan dua kemungkinan, yaitu alam menjadi rusak (deteriorasi) atau sebaliknya, yaitu alam tetap lestari.

1. Manusia sebagai Perusak Keanekaragaman Hayati
Lingkungan akan rusak apabila manusia mengusahakan sumber hayati hanya didasarkan pada prinsip jangka pendek, yaitu untuk menghasilkan produk sebanyak mungkin dalam waktu sesingkat mungkin dan modal sesedikit mungkin. Usaha semacam itu memang mendatangkan kemakmuran kepada manusia.

Akan tetapi, pengaruhnya terhadap alam bisa menimbulkan dampak berupa berkurangnya atau punahnya keanekaragaman hayati dan merosotnya kualitas lingkungan sehingga pada akhirnya lingkungan tidak mampu lagi memberi kehidupan yang layak kepada manusia. Bahkan, mungkin terjadi bencana alam yang mengancam kelangsungan hidup manusia.

Coba Anda amati, banyak kondisi lingkungan hidup yang sudah rusak di Indonesia. Dalam arti, banyak lingkungan hidup yang sudah tidak seimbang keadaannya karena berkurangnya keanekaragaman hayati atau kepunahan jenis-jenis tertentu. Hal itu merupakan petunjuk bahwa sikap dan perilaku manusia Indonesia terhadap alam yang ada di sekitarnya masih sebagai pemanfaat atau pengusaha untuk dirinya sendiri tanpa memerhatikan kelestarian biodiversitas. Mereka memandang alam sebagai objek yang terpisah dari dirinya yang bisa dipengaruhi sekehendaknya. Mereka tidak menyadari bahwa perubahan pola lingkungan akan memengaruhi pola kehidupannya.

Hingga saat ini, Indonesia sudah kehilangan beberapa satwa penting karena kepunahan, misalnya, harimau bali. Saat ini hewan tersebut tidak pernah ditemukan lagi keberadaannya. Hewan-hewan seperti badak bercula satu, jalak bali, dan trenggiling juga terancam punah. Belum lagi beberapa jenis serangga, hewan melata, ikan, dan hewan air yang sudah tidak ditemukan lagi di lingkungan Anda.

Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kepunahan keaneka- ragaman hayati? Banyak, di antaranya, sebagai berikut.

a. Perusakan Habitat
Habitat didefinisikan sebagai daerah tempat tinggal makhluk hidup. Kerusakan habitat merupakan penyebab utama kepunahan makhluk hidup. apabila habitat rusak, makhluk hidup tidak memiliki tempat untuk hidup. Kerusakan habitat bisa dikarenakan terjadi karena ulah manusia yang sudah mengubah fungsi ekosistem, misalnya hutan ditebang, dijadikan lahan pertanian, permukiman, dan akhirnya berkembang menjadi perkotaan. Kegiatan manusia tersebut menyebabkan menurunnya keanekaragaman ekosistem, jenis, dan gen.

Perusakan terumbu karang di laut juga bisa menurunkan keanekaragaman hayati laut. Ikan-ikan juga biota laut yang hidup dan bersem- bunyi di terumbu karang tidak bisa hidup tenang, beberapa di antaranya tidak bisa menetaskan telurnya karena terumbu karang yang rusak. Menurunnya populasi ikan akan merugikan nelayan dan menyebabkan harga ikan meningkat.
Selain karena aktivitas manusia, kerusakan habitat dikarenakan juga oleh bencana alam, misalnya, gunung meletus, kebakaran, dan banjir.

b. Penggunaan Pestisida
Pestisida berfungsi untuk membasmi makhluk hidup pengganggu (hama) pada tanaman. Akan tetapi, apabila digunakan secara berlebihan, akan menyebar ke lingkungan yang ada di sekitarnya dan meracuni makhluk hidup yang lain, termasuk mikroba, jamur, hewan, dan tumbuhan lainnya. Contoh pestisida adalah herbisida, fungisida, dan insektisida.

c. Pencemaran
Bahan pencemar berasal dari limbah pabrik, asap kendaraan bermotor, limbah rumah tangga, sampah yang tidak bisa didaur ulang lingkungan secara alami, dan bahan-bahan berbahaya lain. Bahan pencemar ini bisa membunuh makhluk hidup, termasuk mikroba, jamur, hewan, dan tumbuhan sehingga mengurangi keanekaragamannya.

d. Perubahan Tipe Tumbuhan
Tumbuhan merupakan produsen di dalam suatu ekosistem. Perubahan tipe tumbuhan, misalnya, perubahan dari hutan pantai menjadi hutan produksi bisa menyebabkan hilangnya tumbuhan liar yang penting. Hilangnya jenis-jenis tumbuhan tertentu bisa menyebabkan hilangnya hewan-hewan yang hidupnya bergantung pada tumbuhan tersebut.

e. Penebangan
Penebangan hutan yang dilakukan secara berlebihan tidak hanya menghilangkan pohon yang sengaja ditebang, tetapi juga merusak pohon-pohon yang ada di sekitarnya. Di samping itu, hewan-hewan yang tergantung pada pohon tersebut akan terganggu dan hilang sehingga akan menurunkan jenis hewan tersebut.

f. Seleksi
Seleksi adalah memilih sesuatu yang disukai menurut penilaian individu. Secara tidak sengaja perilaku seleksi akan mempercepat kepunahan makhluk hidup. Misalnya, Anda sering hanya menanam tanaman yang Anda anggap unggul, seperti jambu bangkok, jeruk mandarin, dan mangga gedong. Sebaliknya, Anda menghilangkan tanaman yang Anda anggap kurang unggul, contohnya, jeruk pacitan dan mangga curut.

Menurunnya jumlah makhluk hidup yang Anda anggap tidak unggul berarti mengurangi keanekaragaman hayati dari jenis makhluk hidup tersebut, bahkan dalam jangka waktu lama, Anda tidak akan menemukan jenis tersebut. Contoh lain, menurunnya populasi serangga pemangsa (predator) karena disemprot dengan insektisida yang menyebabkan terjadinya populasi serangga yang dimangsa. apabila serangga ini menyerang tanaman pertanian, ledakan serangga tersebut sangat merugikan petani.

Mungkin Anda pernah mendengar ledakan populasi hama wereng di Indonesia sehingga beribu-ribu hektare sawah gagal panen. Wereng yang menyerang padi diduga karena predator wereng punah karena terkena insektisida yang digunakan petani untuk memberantas hama. Perkembangan industri berjalan dengan cepat di Indonesia.

Teknologi modern banyak diterapkan untuk menbisakan hasil sebesar- besarnya. Bersamaan dengan kemajuan pembangunan dan perkembangan industri, terjadi pula perubahan lingkungan secara nyata dan bencana alam yang terjadi di mana-mana. Sebenarnya, inti dari seluruh permasalahan lingkungan di Indonesia terletak pada perubahan konsep mental manusianya yang mungkin tanpa disadari sudah menjadi manusia perusak lingkungan sehingga jalan satu-satunya adalah mengubah sikap mental manusia Indonesia menjadi manusia pengelola dan pemelihara lingkungan hidupnya.

Pemelihara Keanekaragaman Hayati
Dalam hal ini, manusia harus sadar bahwa dirinya adalah bagian dari ekosistem. Oleh karena itu, manusia dalam tingkah lakunya selalu menjaga agar keseimbangan sistem ekologi tidak tergoncangkan.

Dengan begitu terjamin pula kelangsungan hidup dari semua makhluk hidup, termasuk manusia.

Masalah lingkungan adalah masalah hakikat sifat manusia terhadap lingkungan hidupnya. Anda harus memahami bahwa biodiversitas adalah kekayaan yang berharga yang harus senantiasa dijaga, dilestarikan, dan dihindarkan dari kepunahan. Pemanfaatan keanekaragaman hayati harus didasarkan atas kebijakan memelihara keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan kelestarian biodiversitas lingkungan. apabila mungkin, bahkan harus meningkatkan kualitas lingkungan sehingga bisa dinikmati manusia dari generasi ke generasi.

Usaha pelestarian lingkungan di Indonesia hanya mungkin apabila didukung oleh semua warga negara Indonesia. Dengan kata lain, kearifan terhadap lingkungan hidup harus menjadi milik setiap insan Indonesia atau membudaya di dalam seluruh masyarakat Indonesia.

Perubahan konsep mental manusia tidak bisa berlangsung dalam satu hari, tetapi memerlukan waktu lama. Salah satu usaha mempercepat perubahan itu adalah melalui pendidikan lingkungan hidup kepada masyarakat Indonesia mulai sedini mungkin, baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. Di samping itu, harus digalakkan aktivitas yang bertujuan meningkatkan dan melestarikan keanekaragaman hayati, antara lain, sebagai berikut.

a. Penghijauan
Penghijauan dilakukan dengan cara menanam berbagai jenis tanaman di berbagai tempat yang sudah direncanakan, bisa di rumah-rumah, hutan-hutan yang gundul karena penebangan liar, dan tempat lain yang diduga terhindar dari bencana apabila ditanami tumbuhan tertentu. Kegiatan penghijauan tidak hanya menanam, tetapi yang lebih penting adalah merawat tanaman yang sudah ditanam.

b. Pembuatan Taman Kota
Pembuatan taman-taman kota akan mendatangkan manfaat, antara lain, meningkatkan kandungan oksigen, menurunkan suhu lingkungan, menurunkan efek pencemaran kendaraan bermotor, memberi keindahan, dan meningkatkan keanekaragaman hayati.

c. Pemuliaan
Pemuliaan adalah usaha membuat varietas unggul, tetapi bukan berarti menghilangkan varietas yang tidak unggul. Pemuliaan bisa dilakukan dengan perkawinan silang yang akan menghasilkan varian baru. Oleh karena itu, pemuliaan hewan maupun tumbuhan bisa meningkatkan keanekaragaman gen dan keanekaragaman jenis.

d. Pembiakan Insitu dan Exsitu
Hewan dan tumbuhan langka yang rawan punah bisa diselamatkan melalui pembiakan secara insitu, yaitu pembiakan di dalam habitat aslinya. Misalnya, mendirikan Cagar Alam Ujung Kulon dan Taman Nasional Komodo. Pembiakan exsitu adalah pembiakan di luar habitat aslinya, tetapi suasana lingkungan dibuat mirip dengan aslinya, misalnya, penangkaran hewan di kebun binatang.


E. Upaya-Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Alam yang ada di sekitar Anda memiliki sifat yang beraneka ragam, tetapi secara alamiah tetap tampak serasi dan seimbang. Coba Anda berpikir, haruskah Anda menjaga keanekaragaman ini? Secara konkret, yang dimaksud dengan upaya pelestarian keanekaragaman hayati adalah upaya-upaya untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan flora, fauna, tanah, air, dan ekosistem lainnya.

1. Perlindungan Alam
Alam merupakan tempat manusia hidup sekaligus tempat untuk memperoleh bahan kebutuhannya. Dari alam, manusia menbisakan makanan dan energi. Kebutuhan manusia yang diperoleh dari lingkung- annya bukan hanya sesaat, melainkan selama spesies itu ada sehingga kebutuhan itu tetap ada, bahkan makin meningkat. Untuk bisa menyediakan kebutuhan hidup secara berkesinambungan itu, manusia harus selalu berusaha menjaga kelestarian keanekaragaman hayati.

Keanekaragaman hayati dalam lingkungan harus dilestarikan untuk mempertahankan beberapa nilai yang terkandung di dalamnya, antara lain, sebagai berikut

a. Nilai ilmiah, artinya pelestarian keanekaragaman hayati bisa digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini bisa dilakukan penelitian yang memungkinkan ditemukannya sesuatu yang sangat berguna bagi kehidupan manusia.

b. Nilai ekonomi. Semua kebutuhan manusia diperoleh dari lingkungannya. Oleh karena itu, menjaga kelestarian berarti men- jamin ketersediaan kebutuhan manusia secara berkesinambungan.

c. Nilai mental spiritual. Alam yang serasi dan seimbang adalah alam yang indah dambaan setiap manusia. Kekaguman terhadap alam bisa meningkatkan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

d. Nilai keindahan dan keselarasan. Alam yang mengandung komponen-komponen ekosistem secara seimbang akan menjamin keselarasan proses yang terjadi di dalamnya.

Perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia sudah dilaksanakan semenjak pemerintahan Hindia Belanda, tepatnya tahun 1912, yang berpusat di Bogor. Sesudah merdeka, perlindungan alam dilaksanakan oleh Departemen Kehutanan dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.

Perlindungan alam secara umum berarti melindungi semua komponen alam secara keseluruhan yang meliputi kesatuan flora, fauna, dan tanahnya. Perlindungan alam secara umum bisa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.

a. Perlindungan alam ketat. Keadaan alam dibiarkan menurut kehendak alam tanpa campur tangan manusia, kecuali apabila diharuskan. Biasanya, daerah ini digunakan untuk kepentingan ilmiah atau penelitian, misalnya, Ujung Kulon dan Pulau Panaitan.

b. Perlindungan alam terbimbing. Keadaan alam di suatu daerah tidak dilepaskan begitu saja, tetapi dibina oleh para ahli, misalnya, Kebun Raya Bogor.

c. Taman nasional. Biasanya meliputi daerah yang luas, tidak boleh ada bangunan tempat tinggal, dan biasanya berfungsi sebagai tempat rekreasi. Ciri-ciri taman nasional, antara lain:

1) tersedianya kawasan yang cukup luas bagi pengembangan satu atau lebih ekosistem yang tidak banyak dijamah oleh manusia. Dalam kawasan ini berkembang jenis tanaman dan hewan yang memiliki nilai ilmiah;

2) karena kepentingannya yang khas bagi ilmu pengetahuan, pengelolaannya berada di tangan pemerintah;

3) karena memiliki unsur ilmu pengetahuan dan daya tarik ilmiah, kawasan ini bisa dikunjungi dan dikelola untuk kemanfaatan manusia, tanpa mengubah ciri-ciri ekosistem.

Saat ini pemerintah Indonesia sudah mengembangkan 14 taman nasional, antara lain, sebagai berikut.
a. Taman Nasional Gunung Leuser terletak di Provinsi Sumatra Utara dan Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Di tempat ini, sekurang- kurangnya ada 50 jenis anggota famili Dipterocarpaceae (meranti, keruing, dan kapur) dan beberapa jenis buah, seperti jeruk hutan (Citrus macroptera), durian hutan (Durio exyleyanus), buah limus (Mangifera foetida), rukem (Flacuortia rukam), juga flora langka Rafflesia arnoldii var atjehensis dan Johannesteisjmannia altrifrons (sejenis palem).

Delapan puluh sembilan jenis satwa langka yang dilindungi, antara lain, gajah (Elephas maximus), beruang Malaya (Ursus malayanus), harimau sumatra, badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis), orang utan sumatra (Pongo pygmaeus abelii), kambing sumba, dan tapir (Tapirus indicus).

b. Taman Nasional Kerinci Seblat terletak membentang di empat provinsi, yaitu Jambi, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, dan Bengkulu. Jenis flora terutama famili Dipterocarpaceae, Leguminosae, dan Liana, juga terdapat tanaman langka, yaitu bunga bangkai Amorphophallus titanium dan Rafflesia arnoldii. Jenis lainnya adalah palem (Livistona altissima), anggrek (Bilbophyllum sp., Dendrobium sp.), pasang (Quercus), dan kismis (Podocarpus, sp.). Jenis-jenis fauna yang dilindungi, antara lain, kelinci hutan, bangka ungko, rusa, harimau kumbang, badak Sumatra, gajah, tapir, muncak, kera ekor panjang, siamang, berang-berang, juga jenis burung dan reptilia.

c. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan membentang dari ujung selatan Provinsi Bengkulu sampai ujung selatan Provinsi Lampung. Jenis-jenis flora, antara lain, meranti (Shorea sp.), keruing (Dipterocarpus), pasang (Quercus spp.), damar (Agathis alba), kemiri (Aleurutes mollucana), pengarawang (Hopea, spp.), temu- temuan (Zingiberaceae), cemara gunung (Cassuarina equisetifolia), mengkudu (Morinda citrifolia), danRafflesia arnoldii. Sementara itu, jenis fauna yang ada, antara lain, babi rusa, beruang madu, macan tutul, gajah, tapir, kijang, landak, ular sanca, dan berbagai jenis burung.

d. Taman Nasional Ujung Kulon terletak di ujung paling barat Pulau Jawa. Taman nasional ini adalah habitat terakhir dari hewan-hewan yang terancam punah, seperti badak bercula satu (Rhinoceros sondaicus), banteng (Bos sondaicus), harimau loreng (Panthera tigris), Surili (Presbytis aygula), dan owa jawa (Hylobathes moloch).

e. Taman Nasional Gunung Gede – Pangrango terletak di Kabupaten Bogor, Cianjur, dan Sukabumi. Taman nasional ini mewakili hutan hujan tropis pegunungan di Jawa. Karena iklimnya lembap, kawasan ini didominasi oleh jenis paku-pakuan, misalnya, Hymmeno- phyllaceae, Gleischenia, Gaulthenisa, dan semak Rhododendron. Pohon raksasa yang ada ialah rasamala (Altingia exelsa) yang bisa mencapai tinggi 60 m. Di samping itu, juga terdapat bunga abadi yang tidak pernah layu, yaitu bunga Anaphalis javanica.

f. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru membentang di Kabupaten Probolinggo, Malang, Pasuruan, dan Lumajang, Jawa Timur. Jenis tumbuhan yang spesifik adalah cemara gunung (Cassuarina junghuniana), sedangkan jenis fauna yang dilindungi adalah kijang, ayam hutan, babi hutan, ajak, rusa, dan macan tutul.

g. Taman Nasional Baluran terletak di ujung timur Pulau Jawa. Taman nasional ini merupakan contoh ekosistem dataran rendah kering, dengan musim kering yang panjang antara 4 – 9 bulan. Flora yang dilindungi di sana, antara lain, dadap biru (Eythrina eudophylla), pilang, kosambi, kemloko, widoro, klampis, kemiri, talok, wungur, laban, dan asam. Faunanya, antara lain, banteng, rusa, kerbau liar, ular piton, macan tutul, ajak, linsang, kijang, dan babi hutan.

h. Taman Nasional Tanjung Puting terletak di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Taman ini menjadi pusat rehabilitasi orang utan sebelum dilepas ke alam. Jenis flora yang dilindungi adalah Gluta renghas, yaitu tanaman yang mengandung getah dan merusak saraf, juga durian (Durio spp.), sedangkan fauna yang ada, yaitu muncak, kucing hutan, musang, lutung merah, dan orang utan.

Anda mungkin sudah tahu bahwa hutan adalah ciptaan Tuhan yang merupakan sumber keanekaragaman hayati yang sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya. Anda sebagai generasi muda juga wajib memelihara keaslian hutan tersebut. Akan tetapi, akhir-akhir ini manusia cenderung mengulangi kesalahan dalam memperlakukan hutan. Hutan yang terpelihara dengan baik bisa memperkaya hidup manusia secara material dan spiritual sehingga manusia harus berusaha untuk memelihara semaksimal mungkin keanekaragam hayati tersebut.

Adapun tujuan dari pengawetan hutan, antara lain, sebagai berikut.

a. Menjaga keanekaragaman hayati, baik flora maupun fauna, dengan mencegah tindakan manusia yang bisa merusak macam-macam flora dan fauna yang masih asli.

b. Menjaga keseimbangan air di musim penghujan dan musim kemarau. Humus menggemburkan tanah. Tanah yang gembur mampu menahan air hujan. Selain itu, pada musim kemarau, sungai dan sumur tetap berair karena air-air tanah itu keluar sebagai mata air.

c. Mencegah erosi. Permukaan tanah mudah tererosi. Tanah terlindung oleh humus dan terikat akar. Pada saat terjadi hujan humus akan menghambat terlemparnya butiran-butiran tanah permukaan dari tempatnya sehingga terhindarlah dari erosi.

d. Mencegah banjir. Terjadinya erosi karena hutan gundul menyebabkan berkurangnya humus juga pendangkalan sungai dan danau sehingga bisa terjadi banjir pada musim penghujan.

e. Sumber perekonomian. Penyediaan kayu untuk berbagai industri terpentin dan rotan merupakan hasil hutan yang sangat besar pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia.

Sementara itu, berbagai tindakan yang bisa dilakukan untuk pengawetan hutan adalah:
a. tidak melakukan penebangan pohon di hutan secara semena-mena, tetapi dilakukan dengan sistem tebang pilih,

b. mengusahakan agar penebangan pohon diimbangi dengan penanaman kembali,

c. mengadakan peremajaan hutan dan reboisasi, yaitu menanami kembali bekas hutan yang sudah rusak, dan

d. mencegah kebakaran. Kerusakan hutan yang paling besar terjadi karena kebakaran. apabila terjadi kebakaran hutan, harus diusahakan pemadaman secepat mungkin.

3. Perlindungan Margasatwa
Untuk menjaga keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekosistem, harus diusahakan agar tidak ada satu atau lebih komponen ekosistem yang mengalami kepunahan. Oleh sebab itu, usaha pelestarian keanekaragaman hayati harus dilakukan secara terpadu, artinya dalam suatu pelestarian itu, seluruh komponen ekosistem harus dilestarikan secara keseluruhan.

Sikap manusia sangat berpengaruh terhadap perlindungan satwa-satwa langka yang mulai terancam kepunahan ini. Manusia harus sadar bahwa makhluk hidup apa pun apabila sudah punah, keberadaannya di alam tidak dimungkinkan lagi.

Dalam usaha melestarikan hewan-hewan langka, cara yang ditempuh oleh berbagai pihak yang berkompeten adalah:
1. membuat undang-undang perburuan dengan aturan-aturannya yang meliputi batas-batas daerah perburuan, masa berburu, jumlah hewan yang boleh diburu, jenis hewan, umur, jenis kelamin hewan, dan yang paling penting adalah hasil buruan tidak untuk diperjualbelikan;

2. membiakkan hewan-hewan langka yang hampir punah, misalnya, dengan mengisolasi hewan-hewan tertentu, memelihara, dan membiakkannya, kemudian dilepaskan kembali ke asalnya;

3. memindahkan hewan langka yang hampir punah ke tempat lain yang habitatnya lebih sesuai dan lebih aman;

4. mengambil telur hewan-hewan tertentu pada saat tertentu untuk kemudian menetaskannya, membiakkannya, dan mengembalikannya ke habitat semula.

Terimakasih sudah membaca Keanekaragaman Hayati Gen Jenis dan Ekosistem, semoga bermanfaat!


EmoticonEmoticon